KAWAL MASA DEPAN EKONOMI HIJAU INDONESIA, GAPKI JAWAB TANTANGAN
- account_circle MH
- calendar_month Ming, 3 Agu 2025

Dok. Istimewa
MAJALAHNDN.COM- Industri kelapa sawit Indonesia terus menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Namun, di tengah tantangan global dan domestik yang semakin kompleks, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menegaskan pentingnya transformasi industri ini agar tetap relevan dan berdaya saing tinggi.
Sekretaris Jenderal GAPKI, M. Hadi Sugeng, mengungkapkan serangkaian strategi dan harapan agar industri sawit tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu memimpin di era ekonomi berkelanjutan. Kunci utama penguatan industri sawit menurut GAPKI adalah peningkatan produktivitas dan hilirisasi. “Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) harus berjalan sesuai target 180 ribu hektare per tahun,” tegas Hadi kepada Siar Indonesia.
Katanya, GAPKI juga mendorong perusahaan besar melakukan peremajaan menggunakan klon unggul dan menerapkan praktik pertanian terbaik (GAP dan GMP), agar hasil panen meningkat tanpa perlu ekspansi lahan baru.
Di sisi lain, untuk mendukung program pemerintah dalam swasembada energi dengan meningkatkan bauran biodesel dari produk kelapa sawit (B50, B60, dst) sebagai energi baru terbarukan dengan kajian yang matang dan komprehensif, GAPKI mengusulkan perlunya pengembangan dedicated area untuk energi menjadi solusi cerdas agar kebutuhan sawit untuk biodiesel tidak mengganggu pasokan pangan maupun industri ekspor.
Tapi Diakuinya, untuk memeluskan harapan tersebut tidaklah mudah. Salah satu tantangan berat dalam negeri terkait industri sawit adalah masih tumpang tindihnya regulasi dan belum tuntasnya penyelesaian kebun sawit yang masuk kawasan hutan. GAPKI berharap pemerintah memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan persoalan tata ruang secara adil, sehingga pengusaha sawit dapat beroperasi sesuai koridor hukum dan lingkungan.
Selain itu, GAPKI menegaskan pentingnya mengikuti aturan dalam pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Setiap PKS wajib memiliki minimal 20% kebun inti dan kemitraan dengan petani, agar tidak merusak rantai pasok dan tata niaga yang telah berjalan.
Ditambahkan Hadi, tantangan dari luar negeri juga tak kalah besarnya. Pemberlakuan tarif tinggi oleh Amerika Serikat membuat posisi ekspor sawit Indonesia kian tertekan. Beban ekspor Indonesia saat ini mencapai US$ 221,12/ton, jauh di atas Malaysia yang hanya US$ 140/ton. GAPKI mendorong adanya penyesuaian beban ekspor agar produk sawit Indonesia tetap kompetitif di pasar global.
Di sisi lain, GAPKI juga bersiap menyambut implementasi EU-DR pada 2026 dengan memastikan rantai pasok sawit memenuhi standar keberlanjutan yang ditetapkan Uni Eropa. Kolaborasi dengan pemerintah dalam diplomasi dagang dan pembenahan regulasi menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini.
- Penulis: MH